Baca Juga
"Ustadz saya ingin cari calon istri, tapi harus yang seperti ini." Lantas bagaimana tanggapan ustadz yang ditanyainya?
Setiap pria pasti memiliki impian untuk mempunyai istri yang baik ketika kelak menikah. Hal ini merupakan impian yang wajar dan logis dimiliki oleh semua pria, bahkan tidak hanya pria yang beragama Islam saja, tetapi juga pria yang beragama selain Islam sekalipun. Oleh karena itu, bukan hal yang mengherankan apabila para pria berlomba-lomba dalam mendapatkan wanita yang baik untuk dijadikan istri dan sebaliknya wanita juga memiliki kriteria calon suami yang baik menurut islam.
Sama halnya seperti seorang pemuda, yang mana menginginkan seorang wanita untuk dijadikan calon istrinya. Akan tetapi bukannya mencari sendiri dengan kesungguhan hati, ia malah meminta bantuan kepada ustadz. Mungkin bagi yang beragama Islam, mencarikan jodoh bagi seseorang bisa mendapatkan pahala karena membantu untuk mendekatkan seseorang kepada ikatan sah bukan ke arah zina.
Beginilah jadinya ketika pemuda tersebut meminta untuk dicarikan jodohnya.
“Ustadz,” kata seorang pemuda yang usianya terbilang cukup matang, “tolong saya dicarikan calon istri”
Betapa senangnya hati sang ustadz. Muridnya itu kini menyatakan kesiapan menikah. Bagi sang ustadz, tak ada kabar lain di hari itu yang lebih menggembirakan hatinya. Sebab, ia yakin dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa menikah merupakan separuh agama.
Dengan menikah, seorang pemuda lebih mudah menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan. Dengan menikah, seorang pemuda tumbuh dewasa karena tanggung jawab keluarga yang diembannya. Dengan menikah, seorang pemuda menjadi lebih mandiri karena dituntut memberi nafkah. Dan dengan nafkah itu, pahalanya menjadi berlipat-lipat dibandingkan hidup sendiri sebagai seorang bujangan.
Ia juga bersyukur, dengan meminta dicarikan calon istri, berarti muridnya itu paham bahwa Islam melarang pacaran. Ia bangga, muridnya telah mengamalkan cara yang islami untuk membentuk keluarga yang islami.
“Alhamdulillah,” kalimat syukur terdengar dari lisan sang ustadz.
“Tapi Ustadz, ” ucapnya.
“Tapi kenapa?” tanya sang ustadz heran.
“Tolong nanti calon istri saya carikan yang cantik, anak orang kaya, shalihah, pendidikan minimal S1, pintar, kalau bisa jurusannya ini dan tingginya sekian…,” kata pemuda itu sembari meneruskan kriteria yang diinginkannya.
“Wah, kalau di daerah ini ada wanita yang seperti itu, saya juga mau,” kata Ustadz sambil tertawa. Lantas ia menjelaskan bahwa tak ada wanita yang sempurna dan selayaknya tidak memaksakan diri mencari wanita yang sempurna, yang segala kebaikan terhimpun padanya.
Mungkin yang mencari calon istri dengan kriteria seperti itu bukan hanya pemuda tersebut. Kadang dijumpai pemuda yang usianya kepala tiga, bahkan mendekati kepala empat, saat ditanya mengapa belum menikah ternyata jawabannya belum ada calon yang cocok. Jika ditanya lagi calon yang cocok seperti apa, ternyata kriterianya banyak dan mirip dengan “wanita sempurna” yang dicari oleh pemuda tadi.
Kalaupun ada gadis yang mendekati sempurna seperti kriteria tadi –shalihah, cantik, kaya, pintar, dan seterusnya- mungkin jumlahnya sangat sedikit. Karena jumlahnya sangat sedikit, mencarinya pun sulit. Kalaupun sudah ketemu, belum tentu ia mau. Karena sangat wajar jika seorang wanita yang “sempurna” ia akan mencari pria yang “sempurna” pula.
Maka sungguh tidak tepat jika kemudian usia terus bertambah, tidak juga segera menikah dengan alasan mencari “wanita sempurna.” Padahal di sana telah banyak menunggu wanita-wanita shalihah dengan segala kelebihan dan juga ada kekurangannya.
Percayalah sabda Rasulullah, jika memilih istri atas dasar agamanya, insya Allah keberuntungan akan mengikutinya, pernikahan menjadi barakah, terbentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadits-nya yang artinya:
“Perempuan itu dikawini atas empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi, pilihlah berdasarkan agamanya agar dirimu selamat.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits di atas sudah jelas bahwa dasar agama walau disebutkan pada urutan terakhir, tetapi tetap diutamakan dari yang lainnya. Dan yang dimaksud dengan wanita sholehah tentunya ialah wanita yang taat kepada Agamanya. Dalam artian, taat kepada Tuhannya, Allah SWT, dan taat kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. Tentunya juga menjauhi segala larangan yang telah diperintahkan kepadanya.
Setiap pria pasti memiliki impian untuk mempunyai istri yang baik ketika kelak menikah. Hal ini merupakan impian yang wajar dan logis dimiliki oleh semua pria, bahkan tidak hanya pria yang beragama Islam saja, tetapi juga pria yang beragama selain Islam sekalipun. Oleh karena itu, bukan hal yang mengherankan apabila para pria berlomba-lomba dalam mendapatkan wanita yang baik untuk dijadikan istri dan sebaliknya wanita juga memiliki kriteria calon suami yang baik menurut islam.
Sama halnya seperti seorang pemuda, yang mana menginginkan seorang wanita untuk dijadikan calon istrinya. Akan tetapi bukannya mencari sendiri dengan kesungguhan hati, ia malah meminta bantuan kepada ustadz. Mungkin bagi yang beragama Islam, mencarikan jodoh bagi seseorang bisa mendapatkan pahala karena membantu untuk mendekatkan seseorang kepada ikatan sah bukan ke arah zina.
Beginilah jadinya ketika pemuda tersebut meminta untuk dicarikan jodohnya.
“Ustadz,” kata seorang pemuda yang usianya terbilang cukup matang, “tolong saya dicarikan calon istri”
Betapa senangnya hati sang ustadz. Muridnya itu kini menyatakan kesiapan menikah. Bagi sang ustadz, tak ada kabar lain di hari itu yang lebih menggembirakan hatinya. Sebab, ia yakin dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa menikah merupakan separuh agama.
Dengan menikah, seorang pemuda lebih mudah menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan. Dengan menikah, seorang pemuda tumbuh dewasa karena tanggung jawab keluarga yang diembannya. Dengan menikah, seorang pemuda menjadi lebih mandiri karena dituntut memberi nafkah. Dan dengan nafkah itu, pahalanya menjadi berlipat-lipat dibandingkan hidup sendiri sebagai seorang bujangan.
Ia juga bersyukur, dengan meminta dicarikan calon istri, berarti muridnya itu paham bahwa Islam melarang pacaran. Ia bangga, muridnya telah mengamalkan cara yang islami untuk membentuk keluarga yang islami.
“Alhamdulillah,” kalimat syukur terdengar dari lisan sang ustadz.
“Tapi Ustadz, ” ucapnya.
“Tapi kenapa?” tanya sang ustadz heran.
“Tolong nanti calon istri saya carikan yang cantik, anak orang kaya, shalihah, pendidikan minimal S1, pintar, kalau bisa jurusannya ini dan tingginya sekian…,” kata pemuda itu sembari meneruskan kriteria yang diinginkannya.
“Wah, kalau di daerah ini ada wanita yang seperti itu, saya juga mau,” kata Ustadz sambil tertawa. Lantas ia menjelaskan bahwa tak ada wanita yang sempurna dan selayaknya tidak memaksakan diri mencari wanita yang sempurna, yang segala kebaikan terhimpun padanya.
Mungkin yang mencari calon istri dengan kriteria seperti itu bukan hanya pemuda tersebut. Kadang dijumpai pemuda yang usianya kepala tiga, bahkan mendekati kepala empat, saat ditanya mengapa belum menikah ternyata jawabannya belum ada calon yang cocok. Jika ditanya lagi calon yang cocok seperti apa, ternyata kriterianya banyak dan mirip dengan “wanita sempurna” yang dicari oleh pemuda tadi.
Kalaupun ada gadis yang mendekati sempurna seperti kriteria tadi –shalihah, cantik, kaya, pintar, dan seterusnya- mungkin jumlahnya sangat sedikit. Karena jumlahnya sangat sedikit, mencarinya pun sulit. Kalaupun sudah ketemu, belum tentu ia mau. Karena sangat wajar jika seorang wanita yang “sempurna” ia akan mencari pria yang “sempurna” pula.
Maka sungguh tidak tepat jika kemudian usia terus bertambah, tidak juga segera menikah dengan alasan mencari “wanita sempurna.” Padahal di sana telah banyak menunggu wanita-wanita shalihah dengan segala kelebihan dan juga ada kekurangannya.
Percayalah sabda Rasulullah, jika memilih istri atas dasar agamanya, insya Allah keberuntungan akan mengikutinya, pernikahan menjadi barakah, terbentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadits-nya yang artinya:
“Perempuan itu dikawini atas empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi, pilihlah berdasarkan agamanya agar dirimu selamat.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits di atas sudah jelas bahwa dasar agama walau disebutkan pada urutan terakhir, tetapi tetap diutamakan dari yang lainnya. Dan yang dimaksud dengan wanita sholehah tentunya ialah wanita yang taat kepada Agamanya. Dalam artian, taat kepada Tuhannya, Allah SWT, dan taat kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. Tentunya juga menjauhi segala larangan yang telah diperintahkan kepadanya.
Ketika Pemuda Meminta Ustadz untuk Mencarikan Jodoh, yang Terjadi Malah Seperti Ini
4/
5
Oleh
info terbaru